MUSIK FOLK

By Naufal.A - Februari 18, 2018

Apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “folk”? pemuda dengan turtle neck plus jaket jeans dihiasi puluhan emblem dilengkapi kacamata bulat a la Lennon sambil berselfie ria bergaya memegang mesin triumph kebanggaan ? Ew!. Bagaimana kalau saya ganti pertanyaan menjadi apa yang kalian pikirkan tentang musik folk? Jika ingin tau jawaban dari saya sendiri, saya akan bilang: Tantowi Yahya. Yang terpikirkan oleh saya tentang musik folk adalah musik country dan orang-orang tua yang bernyanyi dan menari heboh tanpa peduli keriput yang ada di wajah mereka. Bagaimana dengan kalian?Folk sendiri memiliki arti rakyat atau jika kalian sering melihat tulisan Volk di kendaraan buatan Jerman yang ternama itu, Volk memiliki arti serupa yaitu orang-orang secara keseluruhan. Tapi bukan mobil antik yang akan saya bahas disini melainkan dari segi musiknya. Kembali lagi ke musik folk, bagi kalian yang sudah mengetahui apa itu musik folk mungkin kalian akan setuju dengan apa yang saya tulis disini. Musik folk memiliki arti yang sama dengan world music atau musik etnik . Jika dilihat dari arti kata folk, kiranya kita dapat menebak-nebak jika di dalam racikan musiknya sudah pasti lekat dengan kesederhanaan dan keseharian.Tidak dapat dikatakan tepatnya tanggal berapa musik folk lahir di dunia, tetapi berkembang di sekitar pertengahan abad ke-19 dan 20 ada yang mengatakan juga bahkan lebih jauh lagi sebelum abad 19. Thomas William yang berkebangsaan Inggris (1846) merupakan orang pertama yang menggunakan istilah folk untuk menggambarkan tradisi, adat istiadat dan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat lokal dengan menggunakan kata-kata folk song, folk music dan folk dance dalam setiap tulisannya. Namun istilah ini hanya dikenal beberapa kelompok orang saja. Baru di tahun 1960, istilah folk mulai digunakan di negeri Paman Sam hingga menyentuh industri musik Amerika. Bob Dylan juga terlibat dalam mempopulerkan nama musik folk di industri musik internasional, dengan kemenangannya di kategori Best Contemporary Folk Recording ajang mewah penghargaan musik Grammy tahun 1987. Sejak saat itu, folk resmi menjadi salah satu genre musik.
Karena musik folk ini adalah musik etnik atau musik tradisional, musik ini sangat erat kaitannya dengan etnografi. Corak musik folk ini berbeda-beda di setiap wilayahnya. Mulai dari kota, suku, negara bahkan benua. Hal ini membuat musik folk sangat kaya dalam instrumen, tune, pelafalan dan bahkan metode produksinya. Sudah seharusnya musik folk ini merepresentasikan kreatifitas dan kearifan lokal suatu masyarakatnya. Benar tidak?Jika hari ini sedang hujan, nikmatilah secangkir kopi hangat beserta koleksi album terbaik Bob Dylan dan satu lagu dari Leonard Cohen berjudul Winter Lady. Sedikit membantu menyegarkan pikiran.
Musik folk dulu diartikan sebagai lagu tua yang kita tidak tau siapa pengarangnya. Tidak ada buku lagu, CD bahkan iTunes, orang-orang dahulu menyanyikan lagu dengan cara mengingat-ingat. Terimakasih untuk evolusi musik, proses dari transmisi oral “dandan-mendandani” kembali musik ini justru memberi karakter khas pada musik folk. Charles Seeger mengatakan bahwa musik folk ini khas dengan kelas rendah secara kultur dan sosial karena populer di kalangan pekerja dan petani. Memang benar, tapi kini musik folk dinikmati oleh semua strata sosial dan kultur mulai dari feudal, marjinal, kapitalis dan kelompok sosial lainnya. Sebut saja musik folk sebagai musik yang semua orang nyanyikan.Mengurut musik folk adalah musik yang semua orang nyanyikan, musik folk muncul dengan berbagai ragam. Berlatar belakang alasan kultur fusion, musik folk berinteraksi dari waktu ke waktu. Setelah perang dunia ke II di Amerika dan Britania Raya, mengimitasi dari bentuk folk tradisional, lahirlah folk rock. Khas dengan sura gitar elektrik, kontra bass, mandolin hingga tren memakai gitar 12 senar oleh Roger McGuinn (The Byrds) atau George Harrison (The Beatles tahun ’64-’65). Folk Rock sendiri diistimewakan dengan harmoni vokal rapat pada kalimat-kalimat dalam lagunya ditambah music folk rock lebih menyentuh sisi realita manusia, fantasi hidup, pesan perdamaian, kecintaan pada alam sampai berbicara mengenai revolusi dan warna kulit di lirik-lirik yang dibawakan oleh seniman folk rock.
Musik ini baru berkembang di Inggris di era 60-70an dan dikenal dengan pionir-pionir mereka seperti The Beatles, Pentangle dan Faiport Convention. Folk rock Eropa merupakan perpaduan folk rock dengan folk khas Eropa sendiri seperti Irish Folk, Scott Folk, Cornwall dan Brittany Folk. Sedangkan di Amerika,  folk rock menjelma menjadi media ekspresi pergerakan kamum Hippie yang saat itu sedang menjadi budaya popular. New York yang menjadi ‘markas’ folk rock pun mengembangkan sayap dengan cepat ke penjuru dunia, dimulai dari Denver, San Fransisco, Poenix hingga penjuru Inggris. Diujung era 30an sampai 40an, konon katanya Almanac Singer, The Weaver dan Leadbelly merupakan nenek moyang dari Folk Rock Amerika.
Kalau kalian muda-mudi penggemar era oldies, rambut gondrong, celana cutbray dan baju warna-warni cerminan generasi bunga, entah memang benar fans atau sekedar tren dan ingin dibilang ‘hippies lokal’. Kalian pasti tidak asing dengan Simon and Garfunkle, Joan Baez, Tracy Chapman atau yang agak baru Iron and Wine juga Bon Iver.
Mari kita beralih dari musik folk Amerika-Eropa ke musik folk di tanah air kita sendiri. Sepanjang tahun 2013 hingga akhir tahun 2015, musik folk sedang ramai menjadi lahan musisi-musisi kita untuk mengespresikan karyanya. Suatu hal yang bagus sebenarnya, namun karena terlalu menjamur bisa dibilang lagi bahwa kita tinggal di negara dengan budaya latah. Ibarat peribahasa sepantun kasau dengan bubungan, Indonesia dan budaya latah adalah sebuah persahabatan yang sangat erat hingga tidak ada yang bisa memisahkan.
Jangan berjauh-jauh ke 2000-an ketika hip hop dan R&B sedang marak-maraknya muncul di segala media massa atau ketika genre ska sedang naik daun, sekumpulan laki-laki ‘cantik’ bernyanyi tapi seingat saya ber-lyp sync sih dan menari diatas panggung menyedot perhatian remaja-remaja wanita dengan aura dan penampilannya bukan karena musiknya di sekitaran tahun 2010 hingga 2014an. Hanya sekejap dan lenyap. Apakah musik folk nasibnya akan sama? Kita berdoa saja semoga tidak.
Perkembangan musik folk di Idonesia sendiri sangat menunjukan progress yang baik, dari instrumen musik yang melibatkan alat musik tradisional  hingga antusiasme dari para penggemarnya. Sebut saja pentolan musik folk Indonesia Gordon Tobing, Franky Sahilatua, Iwan Fals (era 80’-90’an), Ebiet G. Ade, Guruh Gipsy hingga Vicky Sianipar, Discus, Navicula, Ubiet dan yang lainnya.Pergerakan musik folk yang ‘menjamur’ sekarang mungkin timbulnya dipicu oleh kehadiran Sore dan Dialog Dini Hari. Setelah mereka bermunculan lah musisi-musisi folk lainnya. Seperti orang tua bilang “kalau gatal jangan digaruk nanti gatalnya tambah banyak!”, mungkin para musisi folk ini adalah gatal yang digaruk hehe. Tidak ada yang bilang karya mereka tidak bagus, kita bisa bilang Payung Teduh, Float, Banda Neira, Silampukau, Endah n Rhesa, Stars and Rabbit, Tetangga Pak Gesang, Rusa Militan, Nosstress, Mr. Sonjaya, Katjie & Piering dan puluhan bahkan ratusan musisi folk Indonesia. Coba kalian dengarkan alunan musik mereka, kalian pasti akan berdecak kagum terbawa suasana musik folk yang ‘merakyat’ dari lirik hingga ritme yang terkesan ringan. Namun inilah tipikal folk Indonesia, hampir seragam tidak beragam, padahal masih banyak genre folk yang bisa dikembangkan. Musik analog ini menggunakan instrumen musik sederhana, bila mengacu kembali pada artian musik folk adalah musik tradisional mengapa tidak kita gunakan gamelan, rebab, saron atau angklung sebagai pelengkapnya. Mungkin ada beberapa musisi yang telah mengaplikasikannya tapi yang terlihat hanya ‘keseragaman’nya itu.
Alangkah lebih berwarna lagi musik folk di bumi pertiwi ini bila disajikan dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Musik folk adalah musik etnik, musik yang mencerminkan kreatifitas dan kearifan lokal masyarakatnya. Musik folk begitu akrab sekali di telinga namun memang agak sulit untuk mengenalinya mungkin dengan kehadiran genre folk baru misalnya folk keroncong punk, folk Indonesia akan hadir lebih segar lagi.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar